Kamis, 17 April 2014

sejarah PERISAI DIRI (PD)


Sejarah Kelatnas Indonesia Perisai Diri

Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoe Soedirdjo, buyut dari Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Paku Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Paku Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.
Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Paku Alaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah pendidikan guru, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah JombangJawa Timur.
Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.
Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.
Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan dan membuka perguruan silat dengan nama Eko Kalbu, yang berarti satu hati.
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie melalui Hoo Tik Tjay alias Suthur. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia meneruskan perguruan kungfu Garuda Emas.
Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.
Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.
Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo mengajar silat di lingkungan PerguruanTaman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Plered.
Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir Dalmono, Prof Dr Suyono Hadi dan RM Bambang Moediono Probokusumo yang di lingkungan keluarga silat Perisai Diri akrab dipanggil Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir Dalmono.
Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Ramelan, beliau mendirikan kursus silat PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.
Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eko Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke silat Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.
Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera", silat Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.
Pada tahun 1969, murid Pak Dirdjo, Dr Suparjono, SH, MSi, menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama Bambang Moediono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi silat Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan beberapa murid Pak Dirdjo, yaitu usulan gambar dari Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian usulan dari Suparjono yang terpilih, kemudian disempurnakan dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.
Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di EropaAmerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi Ir Nanang Soemindarto sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.
Di Australia, Kelatnas Indonesia Perisai Diri mulai dikembangkan di Brisbane pada tahun 1979 oleh Dadan Muharam, seorang pelatih Perisai Diri Cabang Bandung. Perisai Diri berkembang pesat di Australia dengan cabang di berbagai daerah, di antaranya yaitu di Tarragindi, Kuraby, Logan, Ashmore, Burleigh Heads, Springbrook, Maleny, Nambour, Noosaville, Yandina, Gympie, Townsville, Coffs Harbour,Newcastle, Moruya Heads, MelbourneAdelaidePerth, dsb.
Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga dikembangkan di Belanda oleh Ronny Tjong A-Hung sejak tahun 1979. Saat ini Perisai Diri Belanda telah berkembang dengan tempat latihan di AmsterdamHilversum,MaarssenNieuwegeinUtrecht, dsb.
Pada tahun 1983, salah satu pelatih silat Perisai Diri yaitu Otto Soeharjono MS pindah tugas ke LondonInggris. Beliau mendirikan Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Inggris Raya dan menjadi pelopor PSF UK (Pencak Silat Federation of United Kingdom).
Both Sudargo, salah satu pendekar silat Perisai Diri yang pernah menjabat sebagai Pengurus Bidang Pembinaan Pencak Silat Olahraga PB IPSI, pada tahun 1996 ditugaskan oleh pemerintah sebagai Atase Perhubungan di Kedutaan Besar RI di TokyoJepang. Di negeri yang dikenal sebagai pusat beladiri dunia ini, beliau berhasil mengembangkan pencak silat dengan mendirikan JAPSA (Japan Pencak Silat Association). Dengan dibantu oleh Soesilo Soedarmadji, beliau mendirikan Kelatnas Indonesia Perisai Diri Komisariat Jepang.
Selain itu Kelatnas Indonesia Perisai Diri juga berkembang hingga ke Amerika SerikatJermanSwissPerancisTimor Leste, dsb.
Kelatnas Indonesia Perisai Diri telah beberapa kali menggelar even kejuaraan internasional yang dikenal dengan nama Perisai Diri International Championship (PDIC), yaitu :
  • Invitasi Internasional Perisai Diri I di Semarang tahun 1991
  • Invitasi Internasional Perisai Diri II di Surabaya tahun 1995
  • 3rd Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2003
  • 4th Perisai Diri International Championship di Yogyakarta tahun 2005
  • 5th Perisai Diri International Championship di Bandung tahun 2007
  • 6th Perisai Diri International Championship di Jakarta tahun 2010
  • 7th Perisai Diri International Championship di Samarinda tahun 2012
  • 8th Perisai Diri International Championship di Denpasar tahun 2014
Even kejuaraan ini diagendakan setiap dua tahun sekali.

Materi Pendidikan dan Latihan Silat Perisai Diri

Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang masing-masing ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar dan Tingkat Keluarga.
Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (Sabuk Putih), Dasar II (Sabuk Hitam) dan Calon Keluarga (Sabuk Merah). Tingkat Keluarga (Sabuk Merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge di dada kiri.
Tahapan pelajaran silat Perisai Diri terdiri dari pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan.

Senam Teknik Kombinasi

Senam Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai Diri yang dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti rangkaian jurus di silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan seperti jurus di perguruan silat lain.
Rangkaian gerak Senam Teknik Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian gerak ini dibuat berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan Serang Hindar dengan seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali.
Tujuan dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.

Teknik Senjata

Mulai tingkat Dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisaupedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurittrisula, abir, tombakgolok, pedang samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapanbayonet, dsb.
Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti kerissebagai senjata, atau bahkan pena dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak.

Serang Hindar, Serang Hindar Balas dan Beladiri

Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan. Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B. Pelatih memberi aba-aba "hup !", bersamaan dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B diam menunggu serangan itu dekat dan kemudian bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari serangan A. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B dan B harus menghindar saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B yang menyerang pada 10 aba-aba kedua.
Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.
Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Hindar Balas. Pada metode Serang Hindar Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan terhadap B dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang A dan A menghindar. Satu set A serang B hindar dan B balas A hindar, adalah implementasi dari metode Serang Hindar Balas. Pada 10 aba-aba pertama, A mendapatkan kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas setelah melakukan hindaran sempurna, sementara pada 10 aba-aba kedua akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.
Tujuan dari latihan Serang Hindar Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan. Inilah yang disebut hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan berikutnya.
Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri. Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B menghindar sambil melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri. Jadi perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran dan serangan dalam satu gerakan.
Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah depan, ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B melakukan Beladiri.
Ketiga metode di atas, Serang Hindar, Serang Hindar Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya.

Teknik Asli

Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi) yang dengan kreativitas Pak Dirdjo gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
  1. Burung Meliwis
  2. Burung Kuntul
  3. Burung Garuda
  4. Harimau
  5. Naga
  6. Satria
  7. Pendeta
  8. Putri
Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa teknik yang menjadi kekayaan teknik silat Perisai Diri, di antaranya yaitu Kuda Kuningan, Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa daerah di Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran, Cimande, Bawean dan Betawen.

Teknik Minangkabau

Gerakan teknik Minangkabau mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.
Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.

Teknik Burung Meliwis

Burung Meliwis / Belibis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk menolak.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.

Teknik Burung Kuntul

Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya, serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.

Teknik Burung Garuda

Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.

Teknik Harimau

Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.
Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.

Teknik Naga

Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir di silat Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran Pernafasan Tahap 1 yang berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut terbuka.

Teknik Satria

Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewanannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berpikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran Pernafasan Tahap 2 yang difokuskan untuk meledakkan tenaga. Karena kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut, sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.

Teknik Pendeta

Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan. Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan istilah gizoboge. Perlengkapan yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.

Teknik Putri

Teknik Putri adalah teknik tertinggi di silat Perisai Diri. Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan. Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.

Teknik Olah Pernapasan

Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan belajar teknik pernafasan untuk menambah tenaga dan membuat otot-ototnya menjadi keras. Hal ini untuk meningkatkan tenaga setiap pesilat. Namun pada saat pembelajaran tahap ini, biasanya ada kemunduran yang akan dialami dari sisi kecepatan. Kecepatan si pesilat akan menurun dari kecepatan sebelumnya.
Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan latihan Pernafasan Tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke latihan Pernafasan Tahap 2. Pada tahap 2 ini akan difokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk dilepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan hindaran. Dengan melalui proses tahap 2, maka kecepatan seorang pesilat berangsur-angsur akan kembali seperti semula dan bahkan dapat membuat kecepatan semakin meningkat.
Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah Pernafasan Tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung oleh seorang Pendekar.

Kerokhanian

Pesilat yang memiliki keterampilan bertarung setelah mempelajari teknik silat dan teknik olah pernafasan sangat perlu diberikan pendidikan mental spiritual agar menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam silat Perisai Diri dikenal dengan istilah pendidikan kerokhanian. Pendidikan kerokhanian diberikan secara bertahap untuk memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya, sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan anggota Kelatnas Indonesia Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.
Read More ->>

PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA


PENGEMBANGAN 
INSTRUMEN IDENTIFIKASI BAKAT
OLAHRAGA
                                             (alif syafitar riansa, S.Pd)

Abstrak:Kajian ini ditulis untuk memberikan gambaran bagaimana
mengembangkan instrumen identifikasi bakat. Beberapa kriteria yang
dapat digunakan untuk melakukan identifikasi bakat, yaitu: kesehatan;
kualitas biometrik; faktor hereditas; fasilitas dan iklim; serta
tersedianya para ahli. Identifikasi calon atlet berbakat tidak dapat
dipecahkan hanya dengan satu usaha, tetapi memerlukan waktu
beberapa tahun yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: fase primer;
fase kedua; danfase akhir. Instrumen pemanduan bakat harus bersifat
spesifik dan disesuaikan dengan cabang olahraga masing-masing, yang
pengembangannya dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan.
Pendekatan pertama dilakukan dengan cara menyusun tes baterei,
sedangkan pendekatan kedua dilakukan dengan menggunakan tes baku
yang telah dikembangkan para ahli. Salah satu tes baku terkenal adalah
tes identifikasi bakat dari Australian Sports Commision. Butir-butir tes
terdiri dari: Tes tinggi badan; Tes berat badan; Tes tinggi duduk; Tes
rentang lengan; Tes lempar tangkap bola; Tes lempar bola basket; Tes
lompat tegak; Tes lari bolak-balik; Tes lari 40 meter; dan Tes lari
multitahap.
Kata kunci:Identifikasi bakat, seleksi bakat, dan pengembangan bakat.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak, remaja bahkan
orang dewasa banyak yang terlibat dalam kegiatan olahraga.  Hampir di
Setyo Nugroho adalah dosen Jurusan Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
163
Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga (Setyo Nugroho)
setiap lapangan ataupun fasilitas umum yang ada, dipenuhi anak-anak
sampai orang dewasa untuk sekedar melakukan kegiatan olahraga. Dari
fenomena yang ada perlu disadari bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
pecinta olahraga, mempunyai tujuan berbeda antara satu dengan lainnya,
sehingga tidaklah aneh jika menjumpai kegiatan olahraga yang sama,
namun dilakukan dengan cara dan dalam bentuk berbeda. Hal ini terjadi
akibat adanya perbedaan tujuan beraktivitas. Perbedaan bentuk aktivitas
tersebut hendaknya tidak terlalu dirisaukan, karena tidak jarang terjadi
aktivitas profesional yang dilakukan oleh para atlet, pada mulanya
diawali dengan aktivitas yang bersifat hobi atau amatir.
Bompa dalam Theory Methodology of Trainingmenyatakan,
keterlibatan para remaja di negara barat dalam aktivitas olahraga
sebagian besar didasarkan pada tradisi, idealisme, popularitas cabang
olahraga, desakan orang tua, keterampilan yang dimiliki guru olahraga di
sekolah, ketersediaan alat dan fasilitas olahraga, dan sebagainya.
Gambaran di atas terjadi beberapa waktu yang lalu atau mungkin juga
masih terjadi sampai saat ini (Bompa, 1990).
Keadaan di atas tentunya akan mengecewakan hati para ahli teori
latihan, karena dalam kondisi tersebut seorang anak yang mungkin
secara alami berpotensi dalam cabang olahraga tertentu bisa berubah
menjadi atlet cabang olahraga lainnya, yang sebenarnya anak tersebut
tidak mempunyai potensi yang sesuai dengan cabang olahraga yang
digelutinya. Hasil akhir situasi di atas dapat diduga, bahwa anak yang
terlibat dalam kegiatan tersebut akan mendapatkan hambatan dalam
upayanya untuk meraih prestasi puncak yang diharapkan.
IDENTIFIKASI BAKAT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksudkan
dengan bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang
dibawa dari lahir  dan dalam Webster’s Encyclopedic Unabridged
Dictionary of the English Languagedinyatakan sebagai  a special
natural ability.  Dari pengertian bakat di atas, selanjutnya dapat
dikatakan bahwa identifikasi bakat olahraga adalah proses pemberian ciri
(karakteristikisasi) terhadap dasar kemampuan yang dibawa dari lahir
yang dapat melandasi keterampilan olahraga.
164
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.8, No.3, September 2006: 163-177.
Deborah Hoare menyatakan bahwa pemanduan bakat mengandung
tiga pengertian, yaitu: Identifikasi bakat, Seleksi bakat dan
Pengembangan bakat. Untuk  memperjelas perbedaan makna antara
ketiga terminologi di atas, berikut ini akan dikutipkan pandangan Hoare
terhadap ketiga terminologi tersebut. Hoare mendefinisikan  Identifikasi
bakat  adalah penjaringan terhadap anak dan remaja dengan
menggunakan tes-tes jasmani, fisiologis dan keterampilan tertentu untuk
mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki, agar berhasil dalam
aktivitas olahraga yang dipilih(keterlibatan dalam aktivitas olahraga
sebelumnya tidak merupakan prasyarat bagi identifikasi ini). Sedangkan
seleksi bakat  diartikan dengan penjaringan atlet-atlet muda yang sedang
berpartisipasi dalam olahraga yang dilakukan oleh para pelatih
berpengalaman dengan menggunakan tes-tes jasmani, fisiologis, dan
keterampilan tertentu dalam upaya melakukan identifikasi terhadap atlet
yang mempunyai kemungkinan paling berhasil dalam cabang olahraga
yang diikutinya. Dan yang dimaksudkan dengan  pengembangan bakat
adalah proses pemilihan calon atlet pada tahap berikutnya . Pada tahap
ini atlet harus diberikan infra struktur memadai yang memungkinkan
atlet dapat mengembangkan potensinya secara penuh. Pemberian infra
struktur ini termasuk di dalamnya kepelatihan yang tepat dan program
latihan serta kompetisi yang sejalan dengan dukungan fasilitas, peralatan
dan keilmuan (Hoare D.,1995).
PROSES IDENTIFIKASI BAKAT
Untuk mendapatkan calon atlet yang kelak diharapkan dapat
meraih prestasi, diperlukan upaya dengan beberapa tahapan. Bompa
menyatakan ada beberapa tahapan yang harus dikuti untuk
mempersiapkan atlet. Adapun tahapan yang dimaksud adalah: (1)
Mencari calon atlet berbakat; (2) Memilih calon atlet pada usia muda; (3)
Memonitor calon atlet tersebut secara terus-menerus dan teratur; (4)
Membantu calon atlet agar dapat meraih prestasi puncak.
Selama ini hasil observasi menunjukkan bahwa eksistensi atlet elit
selalu berkait erat dengan kerja dan waktu yang diinvestasikan para
pelatih kepada calon atlet yang memiliki kemampuan alami superior.
Dalam pernyataan tersebut tersirat suatu peringatan ataupun arahan agar
supaya potensi, waktu dan energi yang dimiliki pelatih tidak terbuang
165
Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga (Setyo Nugroho)
tanpa arti dalam proses kepelatihannya, demikian juga dengan
diperolehnya hasil berlatih yang jauh dari optimal, maka perlu dilakukan
pemilihan calon atlet yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk
mengembangkan potensinya. Dengan demikian, dapatlah ditarik konklusi
bahwa tujuan utama melakukan identifikasi calon atlet adalah untuk
mengidentifikasi dan memilih calon atlet yang mempunyai kemampuan
terbaik sesuai dengan cabang olahraga yang dipilih.
Bompa (Bompa, 1990) menyatakan di negara barat identifikasi
calon atlet bukanlah merupakan suatu konsep baru dalam bidang
olahraga, meskipun kegiatan identifikasi calon atlet ini belum banyak
dikerjakan secara formal. Sebagai ilustrasi dapat dicermati keadaan
berikut: pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, sebagian
besar negara Eropah Timur telah menetapkan metode khusus untuk
melakukan identifikasi calon atlet potensial. Prosedur pemilihan calon
atlet ditemukan dan diarahkan oleh para ilmuwan olahraga, selanjutnya
para ilmuwan memberikan rekomendasi beberapa calon atlet berpotensi
dalam cabang olahraga tertentu kepada para pelatih. Dengan
menggunakan prosedur pemilihan calon atlet seperti disebutkan di atas
hasilnya sangat menakjubkan. Beberapa atlet Republik Demokrasi
Jerman yang meraih medali di arena Olimpiade 1972, ternyata terpilih
menjadi calon atlet melalui pemilihan dengan cara ilmiah. Hal yang sama
terjadi pula pada para atlet Bulgaria di arena Olimpiade 1976. Hampir
80% peraih medali negara tersebut merupakan hasil dari suatu proses
identifikasi calon atlet yang dilakukan secara cermat.
Ilustrasi lain dapat disajikan sebagai berikut: pada tahun 1976 di
Romania terdapat sekelompok ilmuwan dan ahli olahraga dayung yang
memilih remaja puteri untuk disiapkan menjadi atlet cabang olahraga
dayung. Pada awalnya dari 27 000 remaja puteri dipilih sebanyak 100
orang. Dari 100 orang remaja puteri yang terpilih pada tahun 1978
disusutkan menjadi 25 orang. Perlu diketahui, bahwa sebagian besar
atlet (dari 25 orang remaja puteri) ini menjadi anggota kontingen
Romania di Olimpiade Moskow 1980. Partisipasi 25 remaja puteri
Romania ini di arena Olimpiade Moskow, meraih 1 medali emas, 2
medali perak, dan 2 medali perunggu. Sedangkan kelompok remaja
puteri lainnya yang dipilih pada akhir tahun 1970-an menghasilkan 5
166
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.8, No.3, September 2006: 163-177.
medali emas dan 1 medali perak di arena Olimpiade Los angeles, dan
meraih 9 medali emas di arena Olimpiade Seoul 1988 (Bompa, 1990).
Ilustrasi di atas akan memperkuat keyakinan para ahli teori
latihan bahwa pola pembinaan yang dilakukan telah berada pada jalur
yang benar. Oleh karena itu, agar mendapatkan manfaat lebih lanjut,
maka proses identifikasi calon atlet harus menjadi satu tugas yang
mengasyikkan dan dilakukan secara terus-menerus. Untuk melakukan
identifikasi bakat, yang pada gilirannya diharapkan dapat menemukan
calon atlet yang dapat meraih prestasi tinggi dalam bidang olahraga.
diperlukan pengembangan kriteria yang bersifat psiko-biologik,
Penggunaan kriteria ilmiah dalam proses identifikasi calon atlet
mempunyai beberapa keuntungan antara lain: (1) Secara substansial
dapat mengurangi waktu yang diperlukan dalam upaya meraih prestasi
puncak; (2) Dapat mengeliminir volume kerja, energi dan pemborosan
potensi yang dimiliki pelatih. Sebab efektifitas latihan yang diberikan
pelatih kepada atlet akan meningkat, jika latihan tersebut diberikan
kepada calon atlet berkemampuan istimewa; (3) Dapat  meningkatkan
sikap kompetitif dan variasi tujuan yang dimiliki atlet dalam upaya
meraih tingkat kinerja puncak, yang hasil akhirnya akan membuat
anggota tim semakin kuat dan lebih homogen, serta mempunyai kinerja
internasional lebih baik; (4) Dapat meningkatkan rasa percaya diri calon
atlet, sebab dinamika kinerja calon atlet ternyata lebih baik dibandingkan
dengan kinerja yang ditampilkan oleh para atlet kelompok umur sama
yang dilatih tidak melalui proses seleksi secara ilmiah; (5) Secara tidak
langsung mendukung penerapan latihan dengan pendekatan ilmiah,
karena ahli para olahraga yang membantu dalam mengidentifikasi calon
atlet, termotivasi untuk meneruskan dan memonitor latihan yang
dilakukan calon atlet tersebut.
METODE IDENTIFIKASI BAKAT
Dalam literatur teori latihan dikenal dua metode dasar untuk
melakukan seleksi, yaitu: metode seleksi alami (natural selection) dan
metode ilmiah (scientific selection) (Bompa, 1990). Metode seleksi
alamidipertimbangkan sebagai metode dengan pendekatan normal
dalam pengembangan potensi atlet. Metode ini berasumsi bahwa atlet
yang mengikuti aktivitas olahraga merupakan hasil pengaruh lokal
167
Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga (Setyo Nugroho)
(tradisi sekolah, keinginan orang tua, ataupun keinginan kelompok
sepermainannya), sehingga evolusi prestasi atlet ditentukan atau
tergantung pada pilihan yang bersifat alami. Oleh karena itu, evolusi
prestasi atlet kerapkali sangat lamban, hal ini disebabkan atlet telah
melakukan pilihan cabang olahraga yang tidak tepat baginya. Sedangkan
Metode seleksi Ilmiah,  merupakan metode pemilihan calon atlet yang
dilakukan pelatih terhadap para remaja prospektif didukung dengan
bukti-bukti bahwa calon atlet mempunyai kemampuan alami untuk
cabang olahraga yang dilatihkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa waktu yang diperlukan untuk meraih prestasi puncak bagi calon
atlet yang dipilih secara ilmiah lebih singkat, bila dibandingkan dengan
calon atlet yang dipilih melalui metode alami (Bompa, 1990).
Berdasarkan pernyataan di atas, metode pemilihan calon atlet
yang dilakukan secara ilmiah sudah selayaknya mendapatkan
pertimbangan secara ketat, khususnya bagi cabang olahraga yang
memerlukan persyaratan tinggi dan berat badan (seperti: bola basket,
bola voli, sepak bola, mendayung, lempar lembing, dsb), Hal yang sama
dapat pula ditujukan pada cabang olahraga lain yang memerlukan
kecepatan, waktu reaksi, koordinasi dan power yang dominan (seperti:
lari cepat, judo, hoki, nomor lompat dalam atletik, dsb). Dengan bantuan
ilmuwan olahraga, kualitas yang dibutuhkan dapat dideteksi, dan sebagai
hasil pengujian ilmiah yang dilakukan oleh profesional yang
berkompeten di bidangnya, calon atlet berberbakat dapat dipilih secara
ilmiah dan selanjutnya dapat diarahkan pada cabang olahraga yang
sesuai.
KRITERIA IDENTIFIKASI CALON ATLET
Prestasi tinggi dalam olahraga memerlukan calon atlet dengan
profil biologik khusus, kemampuan biomotorik menonjol, dan ciri-ciri
fisiologik yang kuat. Pada dekade terakhir, ilmu latihan telah melangkah
ke depan secara impresif, dan ini merupakan dukungan penting bagi
perkembangan prestasi atlet. Perkembangan dramatik lainnya juga telah
dilakukan berkaitan dengan kuantitas dan kualitas latihan. Walaupun
demikian, jika partisipan yang terlibat dalam aktivitas olahraga memiliki
hambatan biologik, atau mempunyai kekurangan dalam hal kemampuan
yang dipersyaratkan cabang olahraga tertentu, maka kekurangan awal
168
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.8, No.3, September 2006: 163-177.
dalam hal kemampuan alami ini sulit ditanggulangi, meskipun para atlet
melakukan latihan dengan jumlah latihan berlebih. Oleh karena itu,
identifikasi calon atlet merupakan sesuatu yang vital dalam pencapaian
prestasi olahraga.
Pandangan para ahli teori latihan sudah jelas, bahwa latihan
optimal memerlukan kriteria optimal pula bagi identifikasi calon atlet,
sehingga permasalahan validitas, objektivitas dan reliabilitas kriteria
pemilihan calon atlet telah menjadi sesuatu yang menarik perhatian
banyak ahli. Seiring dengan perkembangan pengetahuan di bidang tes,
pengukuran dan evaluasi, tampaknya penting tidaknya kriteria
identifikasi calon atlet tidak menjadi permasalahan pelik lagi, karena
permasalahan yang dihadapi dapat dipecahkan dengan menggunakan
pengetahuan tersebut. Bagi individu yang tidak terpilih untuk
berpartisipasi dalam olahraga prestatif tidak berarti tidak
diperkenankan melakukan aktivitas olahraga. Kelompok ini dapat
berpartisipasi dalam program olahraga lainnya yang bersifat rekreasional,
dimana individu dapat mengisi kebutuhannya dibidang kejasmaniahan
dan sosial, atau bahkan berpartisipasi dalam kompetisi meskipun pada
level yang berbeda. Sebagai langkah selanjutnya di bawah ini
dikemukakan beberapa kriteria utama dalam melakukan identifikasi atlet:
Kesehatan
Kesehatan merupakan sesuatu yang mutlak bagi setiap orang yang
akan berpartisipasi dalam latihan olahraga. Oleh karena itu, calon atlet
sebelum diterima dalam suatu perkumpulan harus melalui pengujian
medik. Dokter perlu memberi rekomendasi dan pelatih sebaiknya
memilih calon atlet yang memiliki kesehatan sempurna. Selama
pengujian, ahli medik dan ahli pengujian di bidang jasmani, seharusnya
mengobservasi status calon atlet, apakah calon atlet mempunyai
“malfunction” secara fisik maupun organik?Dan selanjutnya
memberi rekomendasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Untuk cabang-cabang olahraga dinamis (seperti: hoki, bola basket,
atletik, renang, dll), calon atlet dengan kondisi  “malformation”tidak
dapat dipilih, tetapi untuk olahraga dengan karakteristik statik (seperti:
menembak, panahan, bowling, dll) diskriminasi yang diberlakukan
seperti pada olahraga dinamis dapat lebih diperlonggar. Sama seperti di
atas, status fungsional individu, seperti: kemampuan menggerakkan
169
Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga (Setyo Nugroho)
lengan, kaki, dll, sebaiknya juga memegang peran penting dalam
identifikasi calon atlet, karena disparitas fungsional dapat berperan
restriktif (pembatas). Satu hal lagi, diskriminasi diantara calon akhirnya
harus dihubungkan dengan kebutuhan fungsional dan kekhususan cabang
olahraga.
Kualitas Biometrik.
Kualitas biometrik atau ukuran antropometrik calon atlet
merupakan “asset” penting bagi beberapa cabang olahraga, oleh
karenanya kualitas biometrik ini harus dipertimbangkan diantara banyak
kriteria  utama dalam identifikasi calon atlet. Tinggi dan berat badan,
ataupun panjang anggota badan, kerapkali berperan dominan dalam
cabang-cabang olahraga tertentu, meskipun terjadi pada tahap awal
identifikasi calon atlet beberapa cabang olahraga yang dilakukan pada
umur 4-6 tahun (seperti: senam, renang). Seperti dipahami bersama, para
ahli akan mengalami kesulitan memprediksi dinamika pertumbuhan dan
perkembangan calon atlet pada usia muda. Oleh karena itu, pada fase
pertama identifikasi, perkembangan jasmani calon atlet harus
menampakkan keharmonisannya. Ini dapat dilakukan dengan menguji
persendian kaki, panggul dan lebar bahu, dan rasio antara lebar panggul
dengan lebar bahu.
Hereditas
Hereditas kerapkali memainkan peran penting dalam latihan.
Anak-anak cenderung mewarisi karakteristik biologik dan psikologik
orang tuanya, meskipun melalui pendidikan, latihan, dan pengkondisian
sosial, kualitas yang diwariskan mungkin hanya sedikit mengalami
perubahan. Sampai saat ini, para ahli belum memperoleh kesamaan
pandang tentang peran hereditas terhadap latihan. Radut menyatakan
bahwa hereditas merupakan sesuatu yang penting, tetapi tidak mutlak
berperan dalam latihan, sementara Klissouras, dkk mempertimbangkan
perkembangan kapabilitas fungsional pada akhirnya akan dibatasi oleh
potensi genetik seseorang (Bompa, 1990). Dan Bompa sebagai salah satu
pakar teori latihan menyatakan secara tidak langsung bahwa sistem dan
fungsi ditentukan secara genetik.
Fasilitas dan Iklim Olahraga.
Fasilitas dan iklim dapat berperan sebagai pembatas berbagai
olahraga bagi calon atlet terpilih. Oleh karena itu, jika kondisi alam atau
170
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.8, No.3, September 2006: 163-177.
fasilitas yang tersedia kurang memenuhi persyaratan, maka bisa jadi atlet
yang dikategorikan kurang berbakat dapat berlatih dengan hasil lebih
baik dibandingkan atlet berpotensi. Tentunya, kondisi ini bukan yang
diharapkan para ahli teori latihan, karena bagaimanapun kinerja optimal
sulit diperoleh calon atlet tidak berpotensi.
Tersedianya Para Akhli.
Tersedianya para ahli atau pelatih yang berpengetahuan dalam
bidang identifikasi dan pengujian, juga menjadi hal yang membatasi
proses pemilihan calon atlet. Dengan menggunakan metode ilmiah yang
canggih, kemungkinan menemukan calon atlet superior menjadi lebih
tinggi. Universitas ataupun institusi keolahragaan yang mempunyai
peralatan/fasilitas pengujian dan para ahli yang berkualitas, dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan seleksi calon atlet, dan memonitor
program latihan yang dilakukan calon atlet. Seorang pelatih tidak dapat
menanggulangi permasalahan prestasi olahraga seorang diri. Jika
menginginkan peningkatan latihan yang signifikan, maka kerjasama
antara para ahli latihan, ilmuwan olahraga, dan para pelatih menjadi hal
yang sangat vital,
TAHAPAN IDENTIFIKASI BAKAT
Identifikasi bakat secara komprehensif tidak dapat dipecahkan
dalam satu usaha, akan tetapi dilakukan selama beberapa tahun yang
terbagi menjadi tiga tahapan:
Tahap Pertama
Dalam banyak kasus, identifikasi calon atlet pada fase primer terjadi
pada fase pre-pubertas  (3-8 tahun). Pada fase ini didominasi oleh
pengujian yang dilakukan oleh dokter terhadap kesehatan calon atlet dan
perkembangan jasmani secara umum, juga pengujian ini dipolakan untuk
mendeteksi tingkat keberfungsian tubuh. Porsi pengujian biometrik
dapat difokuskan kepada 3 konsep utama: (1) Menemukan defisiensi
jasmani yang dapat membatasi calon atlet; (2) Menentukan tingkat
perkembangan jasmani calon atlet dengan menggunakan alat-alat
sederhana; (3) Mendeteksi “eventual genetic dominants” (seperti tinggi
badan), sehingga para remaja dapat diarahkan untuk memasuki kelompok
olahraga, yang kelak menjadi spesialisasinya.
171
Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga (Setyo Nugroho)
Tahap Kedua
Tahap ini dilakukan selama dan sesudah pubertas. Fase ini
mewakili fase seleksi calon atlet paling penting, biasanya pada fase ini
juga digunakan oleh para remaja yang telah siap untuk mencari
pengalaman ke dalam latihan olahraga yang terorganisir.
Teknik yang digunakan dalam seleksi tahap kedua harus menilai
dinamika parameter biometrik dan fungsional, karena tubuh calon atlet
telah siap melakukan adaptasi pada tingkat tertentu terhadap kekhususan
dan persyaratan olahraga yang dilakukan. Sebagai akibatnya pengujian
kesehatan harus dilakukan secara rinci dan tujuannya adalah mendeteksi
hambatan yang dapat menurunkan prestasi.
Saat kritis bagi remaja pada fase pubertas adalah adanya
perubahan biometrik yang besar (misalnya: anggota badan bagian bawah
tumbuh dengan nyata, otot-otot berkembang tidak proporsional, dll).
Oleh karena adanya perkembangan jasmani secara umum tersebut, maka
satu hal yang harus dipertimbangkan oleh para ahli adalah adanya
pengaruh latihan tertentu terhadap perkembangan dan pertumbuhan atlet.
Latihan intensif, latihan beban berat, dan latihan kekuatan pada anak-anak umur awal menghambat pertumbuhan, karena akan mempercepat
penutupan serabut tulang rawan. Hal ini bisa dicontohkan dengan
terjadinya penutupan yang sifatnya prematur terhadap tulang panjang.
Oleh karena itu, bagi atlet yang melakukan program latihan dengan
mendasarkan pada proses seleksi alami diharapkan selalu berhubungan
dengan pelatihnya, karena semua aspek yang digambarkan di atas akan
berpengaruh terhadap perubahan prestasinya.
Identifikasi calon atlet pada fase kedua, psikolog olahraga harus
mulai memainkan perannya lebih penting dengan melakukan pengujian
psikologik secara komprehensif. Setiap profil psikologik atlet harus
dikumpulkan. Dengan kumpulan data tersebut para psikolog dapat
menyatakan ciri-ciri psikologik atlet yang diperlukan untuk berlatih
cabang olahraga tertentu. Hasil tes ini juga akan membantu dalam
menentukan kebutuhan psikologik apa yang diperlukan di masa datang.
Tahap Akhir
Identifikasi atlet tahap akhir ini terutama berhubungan dengan
calon anggota tim nasional.Tugas yang harus dilakukan pada tahap ini
172
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.8, No.3, September 2006: 163-177.
harus sangat rinci, reliabel dan berkorelasi tinggi dengan kekhususan dan
persyaratan cabang olahraga.
Diantara beberapa faktor utama yang di kemukakan di atas, satu
hal yang harus diuji adalah kesehatan atlet, adaptasi fisiologik dalam
latihan dan kompetisi, kemampuan untuk menanggulangi stress, dan
yang paling penting adalah menguji potensinya untuk mengembangkan
prestasinya lebih lanjut.
Satu penilaian obyektif di atas dilakukan secara periodik terhadap
kondisi medik, psikologik, dan uji latihan. Data yang diperoleh dari
pengujian dicatat dan dibandingkan dengan maksud untuk
mengilustrasikan dinamika kinerja para atlet dari tahap primer sampai
pada tahap akhir selama berkarier dalam dunia olahraga. Sebuah model
optimal sebaiknya ditetapkan untuk masing-masing tes dan masing-masing calon atlet dibandingkan dengan model tersebut. Dari
perbandingan itu dapat disimpulkan hanya calon atlet istimewa saja yang
sebaiknya dipertimbangkan menjadi anggota tim nasional.
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PEMANDUAN BAKAT
OLAHRAGA
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan
instrumen pemanduan bakat :
Pendekatan Pertama
Instrumen pemanduan bakat tipe ini merupakan suatu tes baterei
yang disusun oleh pengembang tes. Penyusunan tes dapat dilakukan
dengan mendasarkan pada kriteria seperti yang telah diidentifikasi oleh
Dragan. Sekiranya identifikasi yang dilakukan Dragan dirasakan belum
cukup menggambarkan kemampuan yang harus dimilik oleh calon atlet
olahraga tertentu, maka analisis terhadap kriteria dapat dipertajam oleh
pengembang tes. Dari hasil identifikasi yang ada dapat dicari macam-macam tes yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraga yang
menjadi sasaran . Sebagai contoh: Tes pemanduan bakat bola basket
Dari hasil analisis yang dilakukan Dragan diperoleh kriteria
sebagai berikut. Biometrik: Tubuh tinggi, lengan panjang, Biomotorik:
power anaerobik tinggi, kapasitas aerobik tinggi, koordinasi,  Psikologik:
kemampuan berpikir untuk menjalankan taktik, semangat kerjasama,
tahan terhadap kelelahan dan stress.
173
Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga (Setyo Nugroho)
Dengan mendasarkan pada kriteria di atas, selanjutnya
pengembang berupaya mencari butir-butir tes yang sesuai dengan
kebutuhan permainan bola basket. Di bawah ini diberikan sebuah contoh
yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam penyusunan tes
pemanduan bakat.
Tabel 1.Faktor , Bentuk Tes Dan Parameter

BENTUK TES DAN PARAMETER :

A. KUALITAS BIOMETRIK
1. TINGGI BADAN
2. RENTANG LENGAN CENTIMETER

B. KUALITAS BIOMOTORIK
- POWER ANAEROBIK
- KEMAMPUAN AEROBIK
- KOORDINASI
- LARI 40 METER
- LARI MULTI TAHAP
- LEMPAR TANGKAP BOLA

DETIK TINGKAT/ SERI FREKUENSI
1. KEMAMPUAN PSIKOLOGIK
- KEMAMPUAN BERPIKIR
- KERJASAMA
- KETAHANAN TERHADAP STRESS
2. TES INTELEGENSI
3. SOSIOMETRI
4. STRESS INVENTORY

SKOR TES

ANALISIS SOSIOGRAM

SKOR TES

Sumber:
Arnot, R. B. dan Gaines C. L.  Sports Talent
Hastad dan Lacy, Measurementand Evaluation: in Contemporary
Physical Education
Safrit J. M. Introduction to Measurement in Physical Education and
Exercise Science
Pendekatan Kedua
Pendekatan ke dua ini menggunakan tes baku yang telah
dikembangkan para ahli. Di beberapa negara maju telah banyak disusun
tes yang bersifat baku yang dipergunakan untuk mengukur bakat. Salah
satu tes baku yang cukup dikenal di Indonesia adalah tes identifikasi
bakat yang disusun oleh Australian Sports Commision. Tes identifikasi
174
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.8, No.3, September 2006: 163-177.
bakat tersebut pada tahun 1998 telah diadopsi dan diadaptasikan oleh
Kantor Negara Pemuda dan olahraga, yang. secara singkat dapat
digambarkan sebagai:
Tabel 2.Faktor, Bentuk, Dan Butir Tes

FAKTOR BENTUK TES PARAMETER
1. BENTUK DAN UKURAN
TUBUH
1. TINGGI BADAN
2. BERAT BADAN
3. TINGGI DUDUK
4. RENTANG
LENGAN
1. CENTIMETER
2. KILOGRAM
3. CENTIMETER
4. CENTIMETER
2.  KEMAMPUAN JASMANI
TERDIRI DARI:
- KOORDINASI
TANGAN-MATA
- KEKUATAN BADAN
BAGIAN ATAS
- POWER (DAYA
LEDAK)
- KELINCAHAN
- KECEPATAN
- KAPASITAS AEROBIK
5. LEMPAR
TANGKAP
6. LEMP. B.
BASKET
7. LOMPAT TEGAK
8. LARI BOLAK-BALIK
9. LARI 40 METER
10. LARI MULTI
TAHAP
5. FREKUENSI
6. METER
7. CENTIMETER
8. DETIK
9. DETIK
10. TINGKAT:
SERI:
Sumber: Kantor Menegpora, Pedoman Pemanduan Bakat Olahraga.
PENUTUP
Untuk mengakhiri uraian tulisan ini, dapatlah ditarik beberapa
proposisi yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
Identifikasi bakat terhadap calon atlet perlu dilakukan dan dalam
konteks ini yang dimaksud dengan identifikasi bakat adalah penjaringan
terhadap anak-anak dan remaja dengan menggunakan tes–tes jasmani,
fisiologis, dan keterampilan tertentu untuk mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki, agar berhasil dalam aktivitas olahraga yang dipilih.
Identifikasi bakat yang dilakukan secara ilmiah mempunyai
beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, karena metode ilmiah memberikan kemungkinan bagi
175
Pengembangan Instrumen Identifikasi Bakat Olahraga (Setyo Nugroho)
pelatih untuk dapat memilih calon atlet prospektif yang didukung dengan
bukti-bukti kemampuan untuk cabang-cabang olahraga yang dilatihkan.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan untuk melakukan
identidikasi bakat, yaitu: kesehatan,yang di dalamnya tercakup fungsi
dan struktur organ tubuh; kualitas biometrik; faktor hereditas, yang
berkait erat dengan karakteristik biologik dan psikologik;  fasilitas dan
iklimyang mendukung aktivitas olahraga; serta tersedianya para ahli.
Identifikasi calon atlet berbakat tidak dapat dipecahkan hanya
dengan satu usaha, akan tetapi perlu dilakukan beberapa tahun yang
dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: fase primeryang terjadi pada
fase pre-pubertas; fase kedua, fase ini biasanya dilakukan selama dan
sesudah pubertas; danfase akhir, yang biasanya berkaitan dengan calon
anggota tim nasional.
Instrumen pemanduan bakat yang dipergunakan untuk melakukan
identifikasi bakat olahraga calon atlet harus spesifik dan disesuaikan
dengan cabang olahraga masing-masing, yang pengembangannya dapat
dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama
dilakukan dengan cara menyusun tes baterei oleh pengembang tes. Butir-butir tes didapatkan dengan mendasarkan diri pada kriteria identifikasi
bakat sesuai dengan cabang olahraga yang diminati. Sedangkan
pendekatan keduadilakukan dengan menggunakan tes baku yang telah
dikembangkan para ahli di beberapa negara maju. Salah satu tes baku
yang cukup dikenal di Indonesia adalah tes identifikasi bakat yang
disusun oleh Australian Sports Commision. Tes identifikasi bakat yang
dimaksudkan secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut  :
 1.Tes tinggi badan,
2. Tes berat badan,
3. Tes tinggi duduk,
4. Tes rentang lengan,
5. Tes lempar tangkap bola,
6. Tes lempar bola basket,
7. Tes
lompat tegak,
8. Tes lari bolak-balik,
9. Tes lari 40 meter, dan
10 Tes lari
multitahap.
DAFTAR PUSTAKA
Arnot, R. B. dan Gaines C. L. (1986)  Sports Talent.New York: Penguin
Books.
Bompa Tudor O. (1990) Theory And Methodology of Training: The Key
to Athletic Performance. Dubuque. Iowa: Kendall/Hunt Publishing
Company.
176
JURNAL IPTEK OLAHRAGA, VOL.8, No.3, September 2006: 163-177.
Hastad D. N. dan Lacy A. C. ( 1989)Measurement And Evaluation: In
Contemporary Physical Education. Scottsdale, Arizona: Gorsuch
Scarisbrick, Publishers
Hoare D. ( 1995) Talent Identification For Team Sports(Materi
disajikan dalam Lokakarya Nasional Olahraga dan Kepelatihan
diselenggarakan oleh kantor Menpora)
Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (1998) Pedoman
Pemanduan Bakat Olahraga. Jakarta: Kantor MENPORA
Safrit J. M. (1986) Introduction To Measurement In Physical Education
And Exercise Science. Lagos, St. Louis: Times Mirror/Mosby
College Publishing.
177
Read More ->>

GANGGUAN DAN PENYAKIT ORGAN REPRODUKSI PADA PRIA DAN WANITA


GANGGUAN DAN PENYAKIT ORGAN REPRODUKSI PADA PRIA DAN WANITA















NAMA      : ALIF SYAFITAR RIANSA
NPM      : 2011.05.05.0.0011
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
( UIM )
PAMEKASAN
GANGGUAN DAN PENYAKIT ORGAN REPRODUKSI PADA PRIA DAN WANITA

1.    CondilomaAccuminata
Merupakanpenyakit yang disebabkanoleh virus Human papilloma.Penyakitiniditandaidengantimbulnyakutil yang dapatmembesardanakhirnyadapatmenimbulkankankermulutrahim.
2.    Endometriosis
Merupakangangguanakibatadanyajaringan endometrium dariluarrahim (uterus) yaitudapattumbuh di sekitarovarium, oviduk, servikdsb. Gejalanyapenyakitiniberupa rasa nyeriperut, pinggangterasasakit, dannyeripadasaatmenstruasi.Rasa nyeriinidisebabkanolehpengelupasanjaringan endometriosis.
3.    Epididimitis
Merupakaninfeksi yang seringterjadipadasaluranreproduksipria.Penyebabnyaadalah E. coli dan Chlamydia.
4.    Gonorhoe (KencingNanah)
Merupakanpenyakitkelamin yang disebabkanolehbakteri Neisseria gonorrhoeae.Penyakitkelamininibisamenularmelaluiseksbebas.Gejalanyaadalahkeluarcairanberwarnaputih, rasa nyeripadasaatbuang air kecil, padapriamuluturetrabengkakdanagakmerah.
5.    HamilAnggur (MolaHidalidosa)
Merupakansuatukehamilan yang tidakberisijanin, tetapiberisigelembung-gelembungmoladanbekuandarah.Hamilanggurdapatmenyebabkankesakitanataukematiankarenapendarahan, tembusnyadindingrahimoleh proses moladaninfeksi.
6.    Herpes Genitalis
Merupakanpenyakit yang disebabkanoleh virus herpes simpleks.Gejala yang timbuladalahbintil-bintilberkelompokpadakemaluan, hilangdantimbul, akhirnyamenetapseumurhidup.
7.    Hipogonadisme
Merupakanpenurunanfungsi testis yang disebabkanolehgangguaninteraksihormon, sepertihormon androgen dan  estrogen. Gangguaninimenyebabkaninfertilitas,  impotensi, dantidakadanyatanda-tandakepriaan. Penanganannyadapatdilakukandenganterapihormon.


8.    HIV (AIDS)
Merupakanpenyakit yang menyerangsistemkekebalantubuhsehinggadalamwaktu yang lama, penderitatidakmemilikisistemkekebalantubuh.Akibatnya, penderitadapatterbunuholehinfeksipenyakitringan, seperti flu atautifus.
9.    Impotensi
Merupakanketidakmampuan penis untukereksiataumempertahankan
ereksi. Gangguaninidapatdisebabkanolehberbagaifaktor, sepertigangguanproduksihormontestosteron, penyakit diabetes mellitus, kecanduanalkohol, dangangguansistemsaraf.
10. Infertilitas (Mandul)
Infertilitasatauketidaksuburandapatterjadipadapriaatauwanita.Padapriainfertilitasterjadikarenaadanyapenyakit, sepertiimpotensi, ejakulasidini, adanyasumbatanpadasaluransperma, adanyakelainangerakspermadankerusakan testis.Sedangkan, padawanitadisebabkanolehkelainanlendirleherrahim, adanya tumor, adanyasumbatanpadasalurantelur, menstruasitidakteraturdankarenaobesitas.
11. KankerOvarium
Merupakankanker yang menyerangindungtelurkiriataukanan, ataukedua-duanya.Kankerindungtelurbiasanyamenyerangperempuan yang sudah menopause (berumur 50 tahunkeatas).
12. KankerPayudara
Merupakankanker yang menyerangpayudara.Seorangwanita yang tidakpernahmenyusuibesarkemungkinandapatmenderitapenyakitini.
13. KankerProstat
Merupakankanker yang menyerangkelenjarprostatpadapria.Kankerinimenyebabkansel-seldalamkelenjarprostattumbuh abnormal dantidakterkendali.Kankerprostatbiasanyamenyerangpriausia 60 tahunkeatas.
14. Kanker Rahim
Merupakankanker yang menyerangdaerahrahim (uterus).Gangguaniniditandaidenganperdarahanpadavagianasecaratidak normal.
15. KankerServik (Leher Rahim)
Merupakankankerpadabagianservikswanita, banyakmenyerangwanita di atasumur 40 tahun.Kankerserviksdisebabkanolehinfeksi virus herpes dan human papilloma virus.

16. Kriptorkidisme
Merupakankegagalandarisatuataukedua testis untukturundarirongga abdomen kedalam scrotum padawaktubayi.Penangannyadapatdilakukandenganpemberianhormon human chorionic gonadotropin untukmerangsangtestoteron.
17. Orkitis
Merupakanperadanganpada testis yang disebabkanoleh  virusparotitis. Jikaterjadipadapriadewasadapatmenyebabkaninfertilitas.
18. PenyempitanSaluranTelur/ Oviduck
Kelainaninimerupakanfaktorbawaan, tetapiadapula yang disebabkankarenainfeksikumantertentu.Saluranoviduk yang sempitakanmembuatspermasulituntukmenjangkaubagiandalamsalurantersebut, sehinggamenyebabkanpembuahansulitterjadi.
19. Prostatitis
merupakanperadanganpadakelenjarprostat. Peradangankelenjarprostatinidapatdiikutiolehperadanganuretra.Penderita prostatitis memilikigejala-gejalasepertisakitsaatbuang air kecil.
20. Sifilis (Raja Singa)
Merupakanpenyakit yang disebabkanolehbakteriTreponemapallidum.Penyakitinimenularmelaluihubunganseksual.Gejala yang timbuladalahlukapadakemaluan, bintikataubercakmerah di tubuh, kelainansaraf, jantung, pembuluhsaraf, dankulit
21. NGU
NGU (Non-Gonococal urethritis) merupakanperadanganpadauretradanserviks yang disebabkanolehbakteri Chlamydia trachomatis danUreaplasmaurealyticum.
Read More ->>

Mengenai Saya

Foto saya
nama saya alif syafitar riansa, panggil saja alif atau fitar atau riansa, informasi lebih lanjut lihat di ; facebook = Riansa cintanya bilqisAndbunda twitter = @syafitar instagram = riansa29 hp: 085258852727 Pin bbm = D0EC10F2
Diberdayakan oleh Blogger.